Prof. Slamet Mulyana pernah berusaha untuk mengungkapkan hal tersebut diatas dalam bukunya "Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara", tetapi pada th 1968 dilarang beredar, karena masalah ini sangat peka sekali dan mereka menilai menyakut masalah SARA?
Bayangkan saja yang mendirikan kerajaan Islam pertama di Jawa adalah orang Tionghoa, bahkan Sultan yang pertama pun adalah orang Tionghoa: Chen Jinwen alias Raden Fatah alias Panembahan Tan Jin Bun/Arya (Cu-Cu).
Walisongo atau Walisanga yang berarti sembilan (songo) Wali, tetapi ada juga yang berpendapat bahwa perkataan songo ini berasal dari kata "tsana" yang berarti mulia dalam bahasa Arab. Sedangkan pendapat lainnya mengatakan bahwa kata tersebut berasal dari kata "sana" dalam bahasa Jawa yang berarti "tempat"
Para wali tersebut mendapatkan gelar Sunan, yang berarti guru agama atau ustadz. Namum perkataan Sunan itu sebenarnya diambil dari perkataan "Suhu/Saihu" yang berarti guru dalam bahasa dialek Hokkian, sebab para wali itu adalah guru-guru Pesantren Hanafiyah, dari mazhab Hanafi. "Su" singkatan dari kata "Suhu" dan "Nan " berarti selatan, sebab para penganut madzab Hanafi ini berasal dari Tiongkok Selatan.
Perlu diketahui bahwa sebutan "Kyai" yang kita kenal sekarang ini sebagai sebutan untuk guru agana Islam setidak-tidaknya hingga jaman pendudukan Jepang masih digunakan untuk panggilan bagi seorang lelaki Tionghoa, seperti pangggilan "Encek".
Walisongo ini didirikan oleh Sunan Ampel pada th. 1474. Yang terdiri dari 9 wali yaitu:
Sunan Ampel alias Bong Swie Ho Sunan Drajat alias Bong Tak Keng Sunan Bonang alias Bong Tak Ang Sunan Kalijaga alias Gan Si Cang Sunan Gunung Jati alias Du Anbo - Toh A Bo Sunan Kudus alias Zha Dexu - Ja Tik Su Sunan Giri adalah cucunya Bong Swie Ho Sunan Muria Maulana Malik Ibrahim alias Chen Yinghua/Tan Eng Hoat
Sunan Ampel (Bong Swie Ho) alias Raden Rahmat lahir pada th 1401 di Champa (Kamboja), ia tiba di Jawa pada th 1443. Pada saat itu di Champa banyak sekali orang Tionghoa penganut agama Muslim yang bermukim disana. Pada th 1479 ia mendirikan Mesjid Demak. Ia juga perencana kerajaan Islam pertama di Jawa yang beribu kota di Bintoro Demak, dengan mengangkat Raden Fatah alias Chen Jinwen - Tan Jin Bun sebagai Sultan yang pertama, yaitu putera dari Cek Kopo di Palembang.
Orang Portugis menyebut Raden Fatah "Pate Rodin Sr." sebagai "persona de grande syso" (pribadi yang mengagumkan) atau "cavaleiro" (bangsawan yang mulia), walaupun demikian orang Belanda sendiri tidak percaya bahwa sultan Islam pertama di Jawa adalah orang Tionghoa. Oleh sebab itulah Residen Poortman 1528 mendapat tugas dari pemerintah Belanda untuk menyelidikinya, apakah Raden Fatah itu benar-benar orang Tionghoa tulen?
Poortman diperintahkan untuk menggeledah Kelenteng Sam Po Kong dan menyita naskah berbahasa Tionghoa, dimana sebagian sudah berusia 400 tahun sebanyak tiga cikar/pedati. Arsip Poortman ini dikutip oleh Parlindungan yang menulis buku kontroversial “Tuanku Rao”, dan Prof Slamet Mulyana juga banyak menyitir dari buku ini.
Pernyataan Raden Fatah adalah seorang Tionghoa ini tercantum dalam Serat Kanda Raden Fatah bergelar Panembahan Jimbun, dan dalam Babad Tanah Jawi disebut sebagai Senapati Jimbun. Kata Jin Bun (Jinwen) dalam dialek Hokkian berarti "orang kuat".
Cucu Raden Fatah, Sunan Prawata atau Chen Muming/Tan Muk Ming adalah Sultan terakhir dari Kerajaan Demak, yang berambisi untuk meng-Islamkan seluruh Jawa, sehingga apabila ia berhasil maka ia bisa menjadi "segundo Turco" (seorang Sultan Turki ke II) setanding sultan Turki Sulaiman I dengan kemegahannya.
Sumber: - D. A. Rinkes "De heiligen van Java"
- Jan Edel "Hikajat Hasanoeddin"
- B. J. O. Schrieke, 1916, Het Boek van Bonang - Utrecht: Den Boer
- G.W.J. Drewes, 1969 The admonitions of Seh Bari a 16th century Javanese Muslim text attributed to the Saint of Bonang, The Hague: Martinus Nijhoff
- De Graaf and Pigeaud "De eerste Moslimse Vorstendommen op Java"
- "Islamic states in Java 1500 -1700".
- Amen Budiman "Masyarakat Islam Tionghoa di Indonesia"
- Prof. Slamet Mulyana "Runtuhnya Kerajaan Hindu-Jawa dan Timbulnya Negara-negara Islam di Nusantara
Tidak ada komentar:
Posting Komentar